Berita hilangnya janin 9 bulan di dalam kandungan di gunungkidul membuat geger masyarakat sekitar. Adalah Susilah seorang ibu warga desa dusun Nitikan Barat, RT 10 RW 9 Semanu, Gunung Kidul, DIY tiba-tiba kehilangan janin berusia sembilan bulan yang dikandungnya. Berikut informasi yang dilansir dari tribunnews.
Hingga saat ini istri dari Sumarno (49) tersebut masih syok dan tidak percaya dengan kejadian aneh hilangnya janin di rahim yang menimpanya. Perempuan yang sudah menunggu anak selama 17 tahun pernikahannya tersebut terus menangis di atas ranjang.
Menurut keterangan Sumi, salah seorang warga sekitar, kejadian serupa pernah dialami oleh anaknya, Bekti, setahun yang lalu. Menurut dia, kala itu Bekti, tetangganya, hamil tujuh bulan dengan pemeriksaan rutin bidan. "Tetapi tiba-tiba kandungannya hilang," kata Sumi saat ditemui di rumah Sumarno.
Warga lainnya, Gumun Riyanto, menambahkan, sudah mendengar kejadian serupa. Namun rata-rata kehamilan yang hilang di bawah tujuh bulan. "Saya baru pertama kali melihat fenomena bayi hilang pada usia sembilan bulan,” katanya.
Hilangnya kandungan yang sudah berusia sembilan bulan ini terjadi pada Kamis (25/12) pagi sekitar pukul 04.00 Wib. Saat itu Susilah yang terbangun karena merasa lapar tiba-tiba kaget karena perutnya mengecil. Padahal, pada malam harinya perut Susilah masih membesar layaknya orang hamil.
"Malamnya masih ada kok, perut istri saya masih ada isinya (bayi)," kata suami Susilah, Sumarno saat ditemui di rumahnya pada Jumat (26/12/2014) siang.
Pria yang bekerja sebagai buruh pabrik ini mengungkapkan, setelah janin yang dikandung hilang, Susilah langsung dibawa ke klinik kesehatan. Saat itu bidan langsung melakukan pemeriksaaan ultrasonografy (USG).
Hasilnya, bidan yang memeriksa menyatakan kalau di dalam rahim sudah tidak ada janin lagi. Bahkan, tidak ada Tanda-Tanda kehamilan.
Berikut ini adalah merupakan penjelasan tenaga medis dokter tenaga kesehatan mengenai kejadian fenomena kehilangan janin di dalam rahim kandungan seorang wanita ibu seperti yang dikutip dari tribunnews.
Hasto Wardoyo SPOG(K) Dokter ahli kandungan menyatakan, hilangnya janin dalam kandungan berusia sembilan bulan yang dialami oleh Susilah secara dunia medis tidak mungkin terjadi.
Dalam dunia kedokteran, hilangnya janin dalam kandungan disebut dengan istilah Pseudocyesis atau hamil semu.
Kasus Pseudocyesis ini biasanya terjadi pada pasangan yang sangat mengharapkan kehadiran anak dalam keluarga. "Saya tidak yakin kandungan bisa hilang tiba-tiba. Dalam dunia medis tidak ada," katanya saat dihubungi melalui telepon selulernya hari jumat.
dr Hasto Wardoyo SPOG(K) mengungkapkan, kasus Pseudocyesis ini memang bagi orang awam sulit dibedakan dengan hamil yang sebenarnya.
Sebab, perempuan yang mengalami Pseudocyesis ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan orang hamil mulai dari tidak menstruasi, perut membesar hingga tes urin positif hamil.
Namun jika dicek menggunakan USG, tidak akan terlihat janin karena memang tidak hamil.
“Patokannya untuk memastikan hamil atau tidak di USG. Harus dilihat dari dokumen medisnya, pernah diperiksa dimana, oleh siapa dan paling penting apakah pernah di USG atau tidak,”
Hingga saat ini istri dari Sumarno (49) tersebut masih syok dan tidak percaya dengan kejadian aneh hilangnya janin di rahim yang menimpanya. Perempuan yang sudah menunggu anak selama 17 tahun pernikahannya tersebut terus menangis di atas ranjang.
Menurut keterangan Sumi, salah seorang warga sekitar, kejadian serupa pernah dialami oleh anaknya, Bekti, setahun yang lalu. Menurut dia, kala itu Bekti, tetangganya, hamil tujuh bulan dengan pemeriksaan rutin bidan. "Tetapi tiba-tiba kandungannya hilang," kata Sumi saat ditemui di rumah Sumarno.
Warga lainnya, Gumun Riyanto, menambahkan, sudah mendengar kejadian serupa. Namun rata-rata kehamilan yang hilang di bawah tujuh bulan. "Saya baru pertama kali melihat fenomena bayi hilang pada usia sembilan bulan,” katanya.
Kronologi Hilangnya Janin Sembilan Bulan Di Kandungan
Hilangnya kandungan yang sudah berusia sembilan bulan ini terjadi pada Kamis (25/12) pagi sekitar pukul 04.00 Wib. Saat itu Susilah yang terbangun karena merasa lapar tiba-tiba kaget karena perutnya mengecil. Padahal, pada malam harinya perut Susilah masih membesar layaknya orang hamil.
"Malamnya masih ada kok, perut istri saya masih ada isinya (bayi)," kata suami Susilah, Sumarno saat ditemui di rumahnya pada Jumat (26/12/2014) siang.
Pria yang bekerja sebagai buruh pabrik ini mengungkapkan, setelah janin yang dikandung hilang, Susilah langsung dibawa ke klinik kesehatan. Saat itu bidan langsung melakukan pemeriksaaan ultrasonografy (USG).
Hasilnya, bidan yang memeriksa menyatakan kalau di dalam rahim sudah tidak ada janin lagi. Bahkan, tidak ada Tanda-Tanda kehamilan.
Penjelasan Medis Tentang Hilangnya Janin Di Dalam Rahim Kandungan
Berikut ini adalah merupakan penjelasan tenaga medis dokter tenaga kesehatan mengenai kejadian fenomena kehilangan janin di dalam rahim kandungan seorang wanita ibu seperti yang dikutip dari tribunnews.
Hasto Wardoyo SPOG(K) Dokter ahli kandungan menyatakan, hilangnya janin dalam kandungan berusia sembilan bulan yang dialami oleh Susilah secara dunia medis tidak mungkin terjadi.
Dalam dunia kedokteran, hilangnya janin dalam kandungan disebut dengan istilah Pseudocyesis atau hamil semu.
Kasus Pseudocyesis ini biasanya terjadi pada pasangan yang sangat mengharapkan kehadiran anak dalam keluarga. "Saya tidak yakin kandungan bisa hilang tiba-tiba. Dalam dunia medis tidak ada," katanya saat dihubungi melalui telepon selulernya hari jumat.
dr Hasto Wardoyo SPOG(K) mengungkapkan, kasus Pseudocyesis ini memang bagi orang awam sulit dibedakan dengan hamil yang sebenarnya.
Sebab, perempuan yang mengalami Pseudocyesis ini memiliki ciri-ciri yang sama dengan orang hamil mulai dari tidak menstruasi, perut membesar hingga tes urin positif hamil.
Namun jika dicek menggunakan USG, tidak akan terlihat janin karena memang tidak hamil.
“Patokannya untuk memastikan hamil atau tidak di USG. Harus dilihat dari dokumen medisnya, pernah diperiksa dimana, oleh siapa dan paling penting apakah pernah di USG atau tidak,”
0 komentar: